Social Icons

Pages

Saturday, July 12, 2014

Menghitung dan melihat hilal itu mudah


Hilal, ...


Hilal memang dijadikan acuan bagi taun kabisat hijriah, taun hijriah dihitung berdasarkan perhitungan qomariah alias perhitungan bulan mengelilingi bumi, ato revolusi bulan terhadap bumi, bedanya dengan kabisat masehi adalah menggunakan perhitungan syamsiah alias perhitungan bumi mengelilingi matahari. 


Tapi kita akan kupas secara ringkas mengenai hilal. Penelitian ini berawal sejak 4 tahun lalu, dimana negara ini selalu saja tidak seragam pada saat rhamadan juga syawal, ini yang melatar belakangi 4 tahun ini saya melakukan penelitian dan mempelajari tentang hilal dan menentukan rhamadan juga syawal sendiri.

Untuk melakukan 1 putaran penuh bulan mengelilingi matahari diperlukan 29,5 hari, tepatnya 29 hari 44 menit 3 detik. Saya mendapatkan ini dari wikipedia, saya belum kroscek kebenarannya dialam, karena kebenaran itu ada diluar sana, bukan didalam tulisan ini, tulisan ini hanya membantu kita untuk berfikir.

Disamping berevolusi terhadap bumi tentu bulan juga berotasi terhadap porosnya, dan untuk 1 putaran penuh bulan berotasi pada porosnya dibutuhkan 29,5 hari, menurut saya membuktikannya mudah, kita hitung aja bulan mengelilingi bumi berapa hari, hasilnya pasti sama, karena toh bulan itu selalu menampakan muka yang sama ke bumi, artinya satu putaran penuh berevolusi terhadap bumi adalah berbanding lurus atau sama dengan rotasi bulan itu sendiri terhadap porosnya, hmm...kapan ya saya ada waktu untuk menghitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk bulan berevolusi terhadap bumi, insyaallah ditulisan-tulisan berikutnya ya. 

Ya saya berfikir bisa saja tulisan dari wiki itu tidak akurat 100%, karena alam semesta ini mengembang dan memuai, jadi indikatornya ada dialam, harus kroscek ke alam/realita, seperti yang akan kita lakukan untuk melihat dan membuktikan hilal ini.

Penelitian ini saya lakukan dari 4 tahun yang lalu, menggunakan alat-alat sederhana sekali, karena negara ini selalu berselisih paham mengenai kemunculan hilal, dari penasaran itulah perjalanan meneliti ini dimulai.

Kita ketahui dulu ya apa itu hijriah, jumlah hari pada bulan-bulan hijriah setiap bulannya adalah 29 hari atau 30 hari secara berselang-seling, maka setiap tahunnya akan terbuang waktu 12 bulan x 44 menit 3 detik = 8 jam 48 menit 36 detik. Nah waktu yang tersisa secara desimal atau pecahan ini akan dikumpulkan hingga menjadi bilangan bulat menjadi satuan hari. Untuk mendapatkan bilangan bulat dalam satuan hari dibutuhkan waktu 30 tahun atau 30x bumi berevolusi terhadap matahari, hasilnya adalah 30 tahun x 8 jam 48 menit 36 detik = 11 hari, jadi bulat 11 hari tidak kurang dan tidak lebih, inilah yang disebut kabisat hijriah, kalau anda mempelajari tahun kabisat masehi adalah tahun yang dapat dibagi 4 atau 400, jadi sisanya dikumpulkan hingga mencapai bilangan bulat dalam satuan hari, yaitu dalam 4 tahun baru didapatkan bulat 1 hari, maka 1 hari ini ditambahkan pada bulan februari menjadi 29 hari per 4 tahun sekali, berbeda dengan kabisat hijriah yang akan ditambahkan adalah 11 hari setiap 30 tahun sekali, hehe...apakah sudah mudah dipahami karena saya tidak menjelaskan detailnya, karena akan menjadi panjang dan mubajir, toh kita bisa menelitinya pada saat perlu.

OK sekarang gambaran mengenai apa itu tahun kabisat hijriah dan masehi sudah ada gambaran, nah sekarang mari kita melihat apa itu hilal?
Hilal mewakili makna bulan baru atau datangnya atau pertadanya bulan baru, nah disini bedanya tahun kabisat masehi dan hijriah, jika masehi sudah ditentukan diawal bahwa januari itu pasti 31 hari, maret 31 hari, april 30 hari, mei 31 hari, dan begitu seterusnya berselang seling hingga desember yang pasti berjumlah 31 hari setiap tahunnya.
 
Disini letak perbedaannya, tahun kabisat hijriah total jumlah hari setiap bulannya adalah 29 atau 30 hari, namun tidak dipastikan bahwa muharam itu pasti 30 hari, ramadhan itu pasti 30 hari, ato syawal itu pasti 29 hari, jadi nilai 29 dan 30 hari itu relatip berselang-seling setiap bulannya, jadi bisa saja tahun ini ramadhan 30 hari, tapi tahun-tahun berikutnya 29 hari, maka dari itu kita melihat hilal ini, dalam perhitungan tahun kabisat hijriah hilal itu tidak dilihat setiap menjelang ramadhan, jadi setiap bulan hijriah, setiap bulannya harus dilihat dan ditentukan kemunculan hilal, agar dapat menentukan bulan ini 29 ato genap 30 hari. Inilah kenapa yang sangat terkesan aneh dinegara ini, ketika menjelang ramadhan semua sibuk mempermasalahkan hilal, lalu bulan-bulan kemarinnya bagaimana? Seolah-olah konflik horizontal itu sengaja diciptakan agar kita selalu berbentrokan satu sama lain dalam satu agama, mungkin anda punya pemikiran sama dengan saya, disini kita akan lihat ternyata meneliti dan menentukan hilal sendiri dengan alat serba apa adanya sangat bisa dilakukan.

Hal ini sama persis dengan penjadwalan waktu shalat fardu, kenapa kita selalu shalat atau berbuka puasa diwaktu adzan berkumandang, bagaimana penentuan dan perhitungan penjadwalan waktu shalat fardu dan sunah? Itu semua ternyatanya lagi ada aturannya, karena persis seperti hilal yang menentukan awal ramadhan dan awal syawal atau awal dan akhir bulan hijriah, artinya ibadah puasa ramadhan ini ada hubungannya dengan alam, dengan susunan planet, bulan, matahari dan juga konjungsi diluar solar sistem bumi, selama ini kita tidak menyadarinya ya? Kita hanya menjalankan ritualnya saja, dan sibuk berselisih, padahal ada sesuatu dibalik itu semua, shalatpun ada waktu-waktunya kenapa begitu? Semua ada hubungannya dengan alam, tapi saya akan membahas mengenai shalat dan waktu-waktunya bukan sekarang, insyaallah dilain waktu.

OK kita sudah mengetahui bahwa hilal itu adalah pertanda, petunjuk, atau kode alam berupa konjungsi antara bulan, bumi dan matahari yang posisinya menunjukan telah terjadinya bulan baru atau tanggal 1 pada bulan hijriah, hal ini ditentukan dari konjungsi yang terjadi dialam, yaitu konjungsi antara bulan, bumi dan matahari. Konjungsi ini diamati dari bumi, bukan dari bulan bukan pula dari matahari atau planet lain, dari bumi, nah sekarang kita mulai eksperimen dan penelitiannya.



Gambar ini berasal dari aplikasi bernama Stellarium untuk mewakili bumi, bulan dan matahari pada garis azimut, bisa juga dimunculkan garis aquator atau khatulistiwa memang letak matahari agak melencen sedikit, ya kita kan bukan dipontianak, hal ini terbukti matahari dan bulan tidak tepat diatas kepala kita tapi agak menyamping, bisa kita lihat dari gambar diatas, ini perhitungan matematik solar sistem kita, yang bisa disimulasikan secara 3D dalam software stellarium. Tapi kita harus cek juga nilai realnya dialam, dengan cara memfoto konjungsi menggunakan kamera.

Sekarang apa itu bulan baru, bagaimana pertanda kode alamnya?


Gambar diatas menandakan itu semua bukan pertanda kode alam tentang bulan baru, purnama dan bulan sabit itu mengartikan sudah memasuki bulan jadi sudah bukan tanggal 1. Jadi kalau tanggal 1 atau bulan baru itu kode alamnya gimana?



Perhatikan bulan overlap disusul/tersusul oleh matahari, ibarat bulan itu Vallentino Rossy dan matahari adalah Marc Marquez, ketika matahari menyusul bulan itulah pertanda bulan baru, oh kalo gitu gerhana matahari adalah pertanda bulan baru dong? ......Wah itu pertanyaan sangat cerdas, benar sekali gerhana matahari adalah pertanda atau kode alam yang menandakan bulan baru pada tahun hijriah, artinya ketika gerhana terjadi itu menandakan akan jatuh tanggal 1, ketika kita hitung pasti sekarang tanggal 29 atau 30 hijriah, itu pasti, hehe...mudah ya membuktikannya, jika sekarang 29 hari tapi sudah ada hilal, berarti mulai besok atau bulan berikutnya adalah genap 30 hari, coba buktikan lagi direalita. Pasti cocok dan tepat.

Jadi apa yang membedakan pendapat hilal? Kenapa hal ini terjadi dinegara ini, padahal kan satu negara artinya konjungsi bulan dan mataharinya tidak akan selisih jauh sekali, meskipun itu dihitung dan dilihat dari sabang sampe merauke, hehe...hebat banget pertanyaannya, lagi-lagi pertanyaan cerdas sekali, harusnya kita sekritis ini supaya kita ga kaya bebek yang lagi bingung ngikut yang mana.

Di Indonesia tanah air tercinta ini ada kurang lebih 40 titik untuk memantau hilal, mulai dari merauke sampe sabang, jadi titik terakhir untuk memantau hilal adalah di aceh, ya iyakan matahari terbit dari arah timur dan terbenam di arah barat, arah paling barat kepulauan negara ini adalah sabang dan aceh.

Andaikata disatu titik tidak bisa meneliti hilal bisa karena awan dan lain-lain, maka masih ada 39 titik dibelahan tanah air ini. Kalimat jebakan yang membingungkan umat begini "hilal tidak dapat terlihat", seolah-olah hilal itu tidak ada, orang awam ternyata banyak sekali yang tidak tau apa itu hilal, jadi sebetulnya kalimat tepatnya adalah "hilal tidak dapat atau tidak mudah dilihat karena tertutup awan atau silau karena sinar matahari", jadi hilal itu ada tapi sulit dilihat karena silau karena terlalu berdekatan dengan matahari.

Ideal mata kita bisa melihat bulan yang dekat dengan matahari adalah diatas 4 derajat, analoginya begini, ketika kita didalam mobil malam-malam, kemudian ada kendaraan didepan berlawanan arah dengan arah mobil kita menyorotkan lampunya dengan besar. Nah apakah kita bisa melihat jalan? Bisa kita melihat supirnya? Bisa kita melihat sesuatu disamping mobil itu atau dibelakang mobil? Pasti mata kita tidak akan mampu melihat karena silau dari lampu-lampu mobil tersebut.


Bulan sulit terlihat karena atmosphere, yang mengakibatkan sinar matahari menjadi bias, warna biru langit itu adalah warna atmosphere bumi bukan warna luar angkasa, seperti inilah jika bumi tidak memiliki atmosphere. LIhar gambar dibawah.


Nah kita baru bisa melihat jelas jalan setelah mobil tersebut melalui kita, jadi tidak ada sinar lampu yang menyilaukan yang menghalani penglihatan kita lagi. Maka dari itu untuk melihat hilal yang berdekatan dengan matahari akan sulit dilihat, bukan hilalnya tidak ada tapi akan sulit dilihat, karena silau, jadi seolah-olah tidak ada bulan disana karena tertutup silaunya sinar matahari. Untuk mensiasatinya tunggu mataharinya terbenam dulu, sama halnya seperti biarkan mobil diarah berlawanan tadi melalui kita dulu, setelah itu baru kita akan mudah melihat jalan, seperti matahari total baru kita bisa melihat bulan dan mampu melihat cincin matahari, nah masalahnya dalam kasus hilal, jika derajat bulan dan matahari terlalu dekat, setelah matahari terbenam, bulan pun tidak akan lama akan segera terbenam, jika saat itu terhalang bangunan atau awan, maka tetap tidak akan bisa melihat hilal, atau membuktikan apakah matahari sudah mendahului bulan (overlaping), karena itu pertanda konjungsi bulan baru.



Saya tidak kehabisan akal dong, saya gunakan HP nokia, untuk memfoto matahari dan bulan, awalnya sulit karena gambar yang ditangkap kamera adalah cahaya silau tidak jelas, lalu saya muter otak berfikir bisa menggunakan filter pada lensa kamera dengan lensa gelap, tapi hal itu tidak tersedia, maka saya gunakan fitur kamera yaitu efek negatip film, jadi efek kamera ini akan memvisualkan benda gelap menjadi terang dan benda terang menjadi gelap, jadi negatip atau kebalikannya. Nah seperti foto diatas, jadi ternyata sudah jelas hilal sudah terjadi dan dapat terlihat dengan alat yang sangat sederhana sekali, terbukti didalam foto matahari berada dibawah bulan (bulan bulatan hitam kecil, matahari yang besar dengan cahaya berpendar), dan hilal itu tidak terjadi disaat magrib, ini foto 4 tahun yang lalu, hilal itu bisa terjadi dipagi atau siang hari, lalu apa yang membedakan saya dengan pemerintah, karena sepertinya pemerintah ini begitu kesulitan melihat hilal, padahal peralatannya jauh lebih canggih dari yang saya gunakan? Padahal hilal sangat bisa diprediksi dipagi hari, kenapa semua pada sibuk menjelang magrib ya?

Ternyata masalahnya ada hadis yang menyatakan, jika hilal itu kurang dari 2 derajat maka tidak dapat dikatakan sebagai bulan baru, pertanyaan saya kenapa harus diatas 2 derajat? kalau alasannya diatas 2 derajatlah hilal akan mudah dilihat, itu masuk akal, tapi selama ini tidak ada jawaban kenapa harus diatas 2 derajat, mereka kebanyakan menjawab harus begitu karena itu dari hadis. Ada yang bisa jelaskan kepada saya?

Lalu kenapa gerhana matahari total dikatakan sebagai bulan baru dalam perhitungan hijriah?

Gerhana total menunjukan konjungsi bulan baru? Karena sama saja matahari sedang mendahului bulan (overlaping), dan gerhana total itu menunjukan konjungsi 0 derajat mutlak! Sangat kurang dari 2 derajat. 

Nah kenapa kalo ini boleh disebut bulan baru alias hilal?

Selebihnya terserah anda, karena artikel ini hanya mengajak berfikir dengan menerangkan secara bukti nyata melalui penelitian sendiri jadi bukan katanya, memang aneh melihat fenomena yang ada, tapi pilihan ada ditangan anda. 

Tahun kedua saya sudah tidak menggunakan kamera handphone dengan efek negative film untuk memfoto konjungsi matahari dan bulan, memang sebelumnya saya kroscek menggunakan software stellarium dulu, tapi final saya harus kroscek dialam, karena alam ini memuai dan apapun bisa terjadi, dan memang antara software dan alam ada sedikit sekali perbedaan, ditahun kedua saya menggunakan kamera tablet dengan mengatur ISO di 100, dan matahari bulan dapat terlihat lebih jelas dan berwarna (tidak silau), dan itu saya pantau dari jam 9 pagi, bukan disaat-saat menjelang magrib, karena hilal itu bisa terjadi kapan saja, bahkan bisa terjadi dibelahan bumi lain, misal aceh belum ada pertanda hilal singkatnya matahari belum menyusul bulan. Tapi itu bisa diprediksi hilal akan terjadi sekian jam atau menit lagi jatuh dan terlihat dinegara india misalnya, sementara dilangit negara kita tidak terlihat matahari karena sudah malam dan bulan pun tidak ada karena berada diatas langit india.

Next saya upload foto-fotonya, soalnya masih ada dikamera tablet.
Selamat berexperimen dan berfikir.

Sampai ketemu ditulisan-tulisan saya selanjutnya.

No comments: